Event Single

HINDARI KESALAHAN INI AGAR INVESTASI SAHAM TETAP BERJALAN!

Saham adalah jenis investasi dengan risiko tinggi dan pengembalian tinggi. Skala perbandingan risiko untuk kerugian dan keuntungan tidak berbeda secara signifikan. Selain itu, kecenderungan nilai saham untuk turun dan naik tidak bisa lagi berubah dalam hitungan hari bahkan jam.

Berikut adalah kesalahan yang perlu dihindari. 

  • Tetap berpegang pada satu saham saja

Terpaku pada satu saham saja sangat berbahaya karena membuat investor saham menjadi tidak rasional dalam menilai sahamnya. Ketika seorang investor jatuh cinta pada suatu saham, mereka cenderung mengabaikan sisi buruk dari saham favoritnya dan hanya mendengar hal-hal yang baik (confirmation bias). Gunakan saham sebagai kendaraan atau alat yang dapat mengantarkan Anda pada tujuan keuangan Anda, namun jangan terlalu terikat dengannya karena pada akhirnya Anda tetap akan melepas saham tersebut untuk mencapai tujuan keuangan Anda.

  • Tidak mengerti sisi dasarnya

Fundamental perusahaan harus menjadi analisis fundamental saat memutuskan membeli saham. Sayangnya, banyak investor lebih suka melihat perkembangan analisis teknikal saat ini. Keinginan untuk mendapatkan keuntungan cepat di pasar modal menyebabkan investor saham mengabaikan fundamental perusahaan. Padahal untung rugi yang mendorong harga saham perusahaan sangat bergantung pada fundamental perusahaan. Anda bisa membayangkan risiko yang dihadapi investor ketika fundamental diabaikan. 

  • Mudah putus asa

Memiliki saham berarti memiliki sebagian kecil dari perusahaan. Berinvestasi saham juga bisa seperti menjalankan bisnis. Anda juga harus siap menghadapi risiko terkait, yaitu ketidakpastian. Dengan kata lain, Anda harus bersedia tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga menanggung risiko kerugian. Pengusaha sukses harus mengalami pasang surut dalam bisnis mereka, seperti halnya investor saham.

  • Terjebak di saham murah padahal tidak potensial

Ini adalah hukum bisnis, seorang investor ingin mendapatkan harga rendah dan menjualnya saat harga tinggi. Tak terkecuali dunia saham. Sayangnya, banyak investor pemula yang salah paham dengan strategi investasi ini dengan membeli saham dengan harga murah, padahal sebenarnya saham tersebut berasal dari perusahaan yang kurang baik. Keterbatasan modal inilah yang mendorong para investor awal untuk membeli saham dengan harga murah. Banyak investor yang tidak berpengalaman membeli banyak saham bernilai rendah dengan harapan menghasilkan banyak keuntungan, meskipun tindakan investasi semacam itu biasanya kontraproduktif. Pengembalian modal yang diinvestasikan tidak tergantung pada berapa banyak saham yang Anda miliki, tetapi pada masa depan perusahaan yang sahamnya Anda miliki. Peluang menang yang lebih baik dapat dicapai dengan membeli beberapa saham premium daripada membeli ribuan saham dengan harga kecil.

  • Takut membeli saham saat pasar jatuh

Kondisi ekonomi berubah secara siklis, terkadang naik dan terkadang turun. Ketika ekonomi sedang bagus, pasar saham menjadi bergairah dan menaikkan harga saham (naik). Investor juga lebih suka membeli saham saat pasar sedang naik. Di sisi lain, saat ekonomi lemah, pasar saham melambat dan investor bearish. Hal ini juga mempengaruhi harga saham, sehingga nilainya menurun (turun). Jika kita perhatikan dengan seksama, pasar yang jatuh menawarkan peluang investasi untuk membeli saham bagus dengan harga murah. Di awal tahun 2016, saham batubara tertekan hingga nilainya jauh di bawah modal saham.

Jika ekonomi membaik dan harga batu bara naik lagi, saham-saham ini juga akan naik sesuai dengan nilai wajarnya. Bagi investor saham yang cerdas, ini adalah peluang besar. 

  • Terjebak dalam transaksi jangka pendek yang berisiko

Penawaran jangka pendek (short selling) sangat menarik. Bisa dibayangkan jika Anda memiliki modal besar hanya dalam beberapa menit, Anda bisa mendapatkan jutaan rupiah dengan sistem seperti ini. Namun, kenyataannya, transaksi semacam itu menyita banyak waktu, tenaga, dan emosi. Selain itu, risiko jangka pendek relatif besar. Harga cepat menuntut investor saham yang berpengalaman untuk memiliki kemampuan mengendalikan emosi mereka untuk melakukan perdagangan pada waktu yang tepat. Menghasilkan keuntungan dalam waktu singkat dengan model transaksi seperti itu akan sangat berisiko. Untuk hasil yang maksimal, pasar saham hampir selalu menghasilkan return yang positif dalam jangka panjang, yaitu tiga tahun atau lebih.

  • Saat berinvestasi, jangan khawatir dengan portofolio saham

Ada kalanya investor membeli sebuah perusahaan dan sengaja meninggalkannya untuk waktu yang lama, dan setelah beberapa tahun perusahaan tersebut sudah besar dan sahamnya menguntungkan. Sepintas, investasi semacam itu menguntungkan, namun pada kenyataannya itu bukanlah cara yang baik untuk berinvestasi. Apapun portofolio saham yang Anda miliki, Anda harus memeriksanya secara teratur. Tujuannya, seiring dengan membaiknya saham perusahaan yang Anda miliki, Anda bisa melengkapi portofolio sehingga potensi pendapatan meningkat, dan saat saham turun, belum terlambat untuk memutuskan menjual.

  • Mudah masuk ke dalam situasi panik

Panic selling adalah peristiwa yang disebabkan oleh kepanikan investor atas jatuhnya harga saham. Dalam fenomena panic selling, investor ingin segera menjual sahamnya, berapa pun harganya, karena khawatir harganya akan terus turun.

Tindakan ini dimotivasi oleh emosi dan ketakutan daripada analisis rasional. Hindari kepanikan dengan menjual saham. Analisis saham yang ingin Anda jual untuk melihat apakah saham tersebut masih layak untuk dimiliki secara fundamental.

  • Terlalu takut rugi saat berinvestasi saham

Sama berbahayanya adalah terlalu berani dan terlalu takut kehilangan investasi saham. Salah satu kebiasaan investor saham yang salah kaprah adalah ingin untung kecil tapi sering enggan mengambil kerugian sehingga membatasi kerugian pada saham yang “jatuh”. Parahnya, saat harga saham turun drastis, investor menjual saham tersebut, terlepas dari fundamentalnya, dengan harapan harga akan rebound. Tindakan seperti itu menyebabkan investor kehilangan lebih banyak lagi.

  • Salah masuk pasar. 

Pasar saham sangat sensitif terhadap keadaan non media, bisa naik atau turun drastis. Kepanikan pasar sering menyebabkan harga saham terlalu tinggi atau terlalu rendah. Idealnya, harga saham harus relatif terhadap total aset dan prospek pendapatan perusahaan. Melacak saham selama kondisi pasar yang meningkat membuat investor membeli saham yang terlalu mahal. Investor ini seringkali terlalu optimis dan mengharapkan harga terus naik.

Di sisi lain, di bear market, investor menjadi pesimis dan mencoba menjual saham pada saat seharusnya membeli. Investor saham yang sukses selalu mendasarkan investasinya pada nilai intrinsik saham dan mengejar saham murah atas dasar itu.

Mereka membeli saham perusahaan dengan fundamental kuat saat harga pasar jatuh dan kemudian menjualnya saat harganya lebih tinggi. Hal yang paling penting adalah jangan mengambil keputusan ekstrim saat kondisi pasar sedang bullish (high volatile). 

  • Salah mengikuti tips investasi saham

Teknologi memudahkan komunikasi, salah satunya berbagi saran jual beli saham. Sayangnya, tidak semua tips berasal dari sumber terpercaya. Lagi pula, investasi tidak dapat memprediksi keberhasilan atau kegagalan 100%. Pahami juga bahwa nama besar saja tidak menjamin masa depan perusahaan. Investor saham yang baik juga memiliki kestabilan emosi yang baik, sehingga mereka tidak mudah menerima tip atau saran dari sumber yang tidak jelas tanpa melakukan analisis terlebih dahulu.  

 

 

 

Copyright 2022 PT. Bankir Academy Indonesia